Di antara ribuan manusia yang berkumpul di lapangan itu, mataku hanya tertuju pada dirimu. Ya, dirimu sangat menarik bagi diriku. Seperti ada magnet dalam dirimu.
Aku bahkan tidak tahu namamu, tidak tahu agamamu, tidak tahu usiamu, tidak tahu alamat rumahmu, tidak tahu sekolahmu, dan tidak tahu apakah kamu sudah punya kekasih atau belum. Yang aku tahu, aku tertarik pada dirimu.
Kamu berkumpul dengan teman-teman laki-lakimu. Di antara mereka, bukan hanya kamu yang mempunyai wajah rupawan. Tapi hatiku sudah terlanjur tertarik padamu. Aku belum bisa menyatakan bahwa ini cinta. Terlalu cepat menurutku.
Bayang-bayang dirimu selalu menari-nari di otakku. Caramu berjalan, caramu terdiam, caramu tertawa, caramu duduk, caramu bertolak pinggang, caramu menguap, caramu mengusap hidung, caramu menendang temanmu dengan maksud bercanda.
Kamu dan aku hanya berjarak beberapa meter. Aku duduk, kamu berdiri. Lalu, tak lama kemudian, kamu ikut duduk bersama teman-temanmu di tengah lapangan. Aku selalu memerhatikanmu. Tapi kamu tidak pernah memerhatikanku. Beberapa temanmu kadang memandangku. Mungkin mereka sadar bahwa daritadi aku memerhatikan gerombolan mereka. Maaf, aku tidak memerhatikan yang lain selain kamu. Mataku seakan tidak bisa melihat apa dan siapa yang ada di sekelilingmu. Mataku hanya tertuju padamu.
Saat musik dimulai, teman-temanmu berdiri. Lalu mereka bergoyang mengikuti irama lagu yang dibawakan sang penyanyi. Teman-temanmu bergoyang sangat heboh, sedangkan kamu hanya diam berdiri di belakang mereka. Awalnya, kamu memang tidak heboh seperti mereka. Namun, tak lama kemudian kamu ikut bergoyang dengan cukup heboh. Tapi tak lama.
Tiba-tiba, saat aku masih terus memandangmu tanpa berkedip, kamu menoleh. Matamu dan mataku bertumbukkan sedetik. Ya, hanya sedetik. Sedetik yang membuatku tak berkutik. Maafkan mataku yang tak dapat mengalihkan pandangan dari dirimu.
Sampai saat ini, saat aku mengetik ini, bayang-bayang dirimu masih menari-nari di otakku.
No comments:
Post a Comment